Membaca Peta
Membaca Peta
59:21
Sunyi ini, kertas berdebu menuangkan
petuah-petuah kasih. Awan bermata biru
dan sendu gegas kembali bentangkan sujud.
Gunung terpecah walau
hanya dibelah sebilah firman.
Duhai hatiku, mengapa kau lebih agung dari gunung?
di dalam hatiku, para pekerja proyek sibuk
menuangkan semen, membangun tembok beton
menyusun pagar. Mereka memang sengaja lupa memasang
jendela dan pintu. Betapa
mereka senang memasung
gelap, tak ada katup apatah lagi tutup
tidakkah kau tahu segala
yang terbuka memungkinkan
diterangi cahaya walau bayangan tak terelak adanya.
*
Batu di antara gemuruh air sungai
memelihara rasa takut gentar terburai
tatkala sehelai firman langit diurai
pada dunia segumpaldarahku terbuai
Kebahagiaan
Langit sering
bertukar baju
baju biru
baru saja kusetrika
dan dia
memakainya
aku tak
mengenakan apa-apa
selain
selembar mendung.
Sore ini
langit ingin ke pesta
meminjam celana
robek
yang kusampirkan
di ranting
tragedi dan
fitnah duniawi.
Langit mengurung
diri di atas sana
tak jadi
menuju pesta. Dia membuka tirai
memperhatikan
orang-orang yang
menyebut
dirinya kebahagiaan
Bahagia menurut
mereka adalah
jalan keluar
dengan masuk ke rumah
menutup diri
dari pertemuan dan
mengurangi
pertemanan. Sesekali
membuka
jendela untuk menyapa
tetangga
atau penjual sayur agar
tak tergiur
dengan perbagai macam
Tagihan dan
tuntutan.
Berbagai perihal
antah dari luar
mudah sekali
menerobos masuk
mencampur
warna-warni dinding
hati. Mengubah
posisi atas ke bawah
merubah
porselen indah jadi jatuh
cengeng dan
mudah pecah.
Poster berisi
ancaman. Spanduk
bertuliskan
janji: tipuan. Sajadah
tersadai,
menipis di belai badai.
0 komentar:
Tinggalkan Komentar anda ya,