Recent Posts

Jumat, 07 Agustus 2015

0 komentar

LELAKI AKHIRAT


http://www.islamedia.co/2013/06/memandang-keindahan-karya-cawalkot.html

“Kalau butir-butir korma ini harus kutelan semua baru maju berperang… oh betapa jauh sungguh jarak antara aku dengan surga.”
Itulah ungkapan seorang sahabat ketika mendengar Rasulullah saw. Bersabda menjelang berkecamuknya perang Badar: “Majulah kalian semua menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”

Kecemerlangan sahabat-sahabat Rasulullah saw., serta semua manusia Msulim agung yang pernah memenuhi lembaran sejarah kejayaan umat ini, sesungguhnya difaktori salah satunya oleh ‘hadirnya’ akhirat dan semua makna yang terkait dengan kata ini dalam benak mereka semua setiap saat.
Lukisan kenikmatan surga meringankan semua beban kehidupan duniawi dalam diri mereka. Lukisan kenikmatan surga meringankan langkah kaki menyusuri  napak tilas perjuangan yang penuh dengan onak duri. Tak ada duri yang sanggup menghentikan langkah mereka. Sebab duri itu justru memberinya kenikmatan jiwa saat duniawinya sedang bermandikan sungai surga. Lukisan kenikmatan surga melahirkan semua kehendak dan kekuatan yang terpendam dalam dasar kepribadiannya. Tak ada kehendak akan kebaikan yang tak menjelma jadi realita. Tak ada tenaga raga yang tersisa dalam dirinya, semua larut dalam arus karya dan amal.
Lukisan kedahsyatan neraka memburamkan semua keindahan syahwati dalam pandangan mata hatinya. Lukisan kedahsyatan neraka mematikan semua kecendrungan pada kejahatan. Sebab semua kejahatan itu sendiri telah berubah menjadi neraka dalam jiwanya, saat sebelah kakinya telah terjerembab ke dalam neraka dengan satu kejahtan, dan kaki yang satu akan menyusul dengan kejahatan kedua. Lukisn kedahsyatan neraka menghilangkan semua rasa’kehilangan, kepahitan dan penyesalan’ dalam dirinya saat ia mencampakkan kenikmatan syahwati.
Lukisan surga dan neraka member mereka kesadaran yang teramat dalam akan waktu. Makna kehidupan menjadi begitu sacral, suci dan agung ketika ia diletakkan dalam bingkai kesadaran akan keabadian. Dari telaga keimanan ini mereka meneguk semua kekuatan jiwa untuk dapat mengalahkan hari-hari. Seperti apakah kenikmatan yang bias diberikan syahwat duniawi kepadamu, jia engkau letakkan dalam neraka jiwamu. Seperti apa pulakah kepahitan yang dapat diberikan penderitaan duniawi kepadamu, jika ia engkau simpan dalam surge jiwamu.
Lukisn surge dan neraka yang memenuhi lembaran surat-surat Makiyah, terkadang dipaparkan Allah Swt. Dengan gaya ilmiah yang begitu logis. Sama seperti terkadang melukiskannya dengan gaya deskripsi, begitu sastrawi dan menyeni, seindah-indahnya atau semengeri-ngerinya. Lukisan pertama menyentuh instrument akal dan melahirkan ‘al-yaqin’ akan kebenaran kebangkitan (akhirat). Lukisan kedua menyentuh instrument hati dan selanjutnya diharapkan melahirkan ‘kaufan wa thama’an’.
Begitulah al-iman bil yaumil akhir itu menjadi telaga tempat kita meneguk semua kekuatan jiwa untuk berkarya. Begitulah al-iman bil yaumil akhir itu menjadi mesin yang setiap saat ‘memproduksi’ watak-watak baru yang poitif dan islami dalam struktur kepribadian kita.
Untuk ‘mengfungsikan’ keimanan ini, kita harus ‘menghadirkan’ maknanya setiap saat dalam beka dan hati kita. Sebab “… dari makna-makna kubur inilah akan tumbuh akal yang kuat dan tegar bagi sang kehendak”, kata Mutafa Shidiq Ar-Rafi’i. (AM)

    

0 komentar:

Tinggalkan Komentar anda ya,

Best viewed on firefox 5+

like

follow me

CAHAYA HATI

Copyright © Design by Dadang Herdiana