At-Ta’amul Billah
foto :Sungai Seine, Prancis, mrwallpaper.com |
Hidup
adalah sebuah pertanggungjawaban. Itu merupakan kesadaran eksistensial yang
hadir secara intens dalam nurani harakiyah seorang Muslim.
Ia
menyadari dengan amat dalam, bahwa di atas jalan panjang kehidupan ini, ia
sesungguhnya memikul ‘Qaulan Tsaqila. Dengan kesadaran yang teramat
berani, ia menerima amanah itu. Dan dengan kesadaran yang sama, ia menyadari
betapa berat sungguh amanah itu. Tapi ia telah memilih.
Ia menyadari realitas besar ini: tantangan
yang dihadapinya selalu lebih besar berpuluh kali lipat dari memampuannya untuk
menjawabnya.
Namun di balik itu semua, ia juga memiliki
keyakinan yang sangat dalam, dengan ‘siapa’ ua berta’amul dengan Zat
Mahabesar, Allah swt., pencipta dan pemilik segenap isi alam raya dan segala
yang maujud. Ia menyadari bahwa ia dan tantangannya adalah bagian dari
ciptaan dan milik-Nya. Dan karenanya, tak satupun peristiwa diketahui atau
tidak diketahui, direncanakan atau tidak direncanakan oleh manusia yang dapat
terjadi dan menjadi realistis, kecuali dalam orbit izin dan kehendak-Nya.
Keyakinan ini memberikan dua kontribusi harakiyah
dalam diri seorang Muslim: nilai dan sikap jiwa.
Pada skala nilai, berta’amul dengan
Allah Swt. Akan member batasan motivasi, orientasi, persepsi, dan konsepsi bagi
seorang Muslim. Itu membuat ‘jalan hidup’ seorang Muslim terpeta dan
tervisualisasi secara terus-menerus dalam benaknya. Dippermukaan latar,
pemikiran, keterpetaan, dan visualisai itu memberinya kekebalan nilai dari
semua kemungkinan infiltrasi.
Tapi skala nilai itu tentu saja baru
menutupi satu sisi kehidupan internal manusia Muslim. Proses yang sesungguhnya
lebih penting, adalah internalisasi nilai itu menjadi sikap jiwa. Dan inilah
kontribusi kedua dari keyakinan berta’amul dengan Allah Swt.
Skala nilai, visi dan persepsi itu hanya member
peta masalah dan tantangan yang jelas kepada seorang muslim. Tapi kemampuan
untuk menghadapi dan mengatasinya, pada akhirnya ditentukan oleh sikap jiwa.
Maka keyakinan berta’amul dengan
Allah Swt, mensuplai jiwa seorang Muslim dengan kekuatan dn memampuan kendali. Ini
membuatnya tenang, berani, dan tak pernah kehabisan nafas kehendak dan tekad
untuk terus maju, beraksi, dan bertindak. Sebab tantangan-tantangan itu, dalam
kesadaran imaniyahnya, tak pernah menjadi lebih besar dari kemampuan jiwanya
untuk menghadapinya. Meskipun kadang, di mata manusia awam, ketenangan dan
keberanian jiwa itu seperti sebuah kegilaan yang tak berperhitungan. (AM)
0 komentar:
Tinggalkan Komentar anda ya,