Recent Posts

Jumat, 07 Agustus 2015

0 komentar

At-Ta’amul Billah

foto :Sungai Seine, Prancis,  mrwallpaper.com




Hidup adalah sebuah pertanggungjawaban. Itu merupakan kesadaran eksistensial yang hadir secara intens dalam nurani harakiyah seorang Muslim.
    Ia menyadari dengan amat dalam, bahwa di atas jalan panjang kehidupan ini, ia sesungguhnya memikul ‘Qaulan Tsaqila. Dengan kesadaran yang teramat berani, ia menerima amanah itu. Dan dengan kesadaran yang sama, ia menyadari betapa berat sungguh amanah itu. Tapi ia telah memilih.
     Ia menyadari realitas besar ini: tantangan yang dihadapinya selalu lebih besar berpuluh kali lipat dari memampuannya untuk menjawabnya.
     Namun di balik itu semua, ia juga memiliki keyakinan yang sangat dalam, dengan ‘siapa’ ua berta’amul dengan Zat Mahabesar, Allah swt., pencipta dan pemilik segenap isi alam raya dan segala yang maujud. Ia menyadari bahwa ia dan tantangannya adalah bagian dari ciptaan dan milik-Nya. Dan karenanya, tak satupun peristiwa diketahui atau tidak diketahui, direncanakan atau tidak direncanakan oleh manusia yang dapat terjadi dan menjadi realistis, kecuali dalam orbit izin dan kehendak-Nya.
     Keyakinan ini memberikan dua kontribusi harakiyah dalam diri seorang Muslim: nilai dan sikap jiwa.
     Pada skala nilai, berta’amul dengan Allah Swt. Akan member batasan motivasi, orientasi, persepsi, dan konsepsi bagi seorang Muslim. Itu membuat ‘jalan hidup’ seorang Muslim terpeta dan tervisualisasi secara terus-menerus dalam benaknya. Dippermukaan latar, pemikiran, keterpetaan, dan visualisai itu memberinya kekebalan nilai dari semua kemungkinan infiltrasi.
     Tapi skala nilai itu tentu saja baru menutupi satu sisi kehidupan internal manusia Muslim. Proses yang sesungguhnya lebih penting, adalah internalisasi nilai itu menjadi sikap jiwa. Dan inilah kontribusi kedua dari keyakinan berta’amul dengan Allah Swt.
     Skala nilai, visi dan persepsi itu hanya member peta masalah dan tantangan yang jelas kepada seorang muslim. Tapi kemampuan untuk menghadapi dan mengatasinya, pada akhirnya ditentukan oleh sikap jiwa.
     Maka keyakinan berta’amul dengan Allah Swt, mensuplai jiwa seorang Muslim dengan kekuatan dn memampuan kendali. Ini membuatnya tenang, berani, dan tak pernah kehabisan nafas kehendak dan tekad untuk terus maju, beraksi, dan bertindak. Sebab tantangan-tantangan itu, dalam kesadaran imaniyahnya, tak pernah menjadi lebih besar dari kemampuan jiwanya untuk menghadapinya. Meskipun kadang, di mata manusia awam, ketenangan dan keberanian jiwa itu seperti sebuah kegilaan yang tak berperhitungan. (AM)

0 komentar:

Tinggalkan Komentar anda ya,

Best viewed on firefox 5+

like

follow me

CAHAYA HATI

Copyright © Design by Dadang Herdiana